Anggrek Hitam (Cerita Pendek)

Pada webinar intensif Langkah Menulis Cerita Pendek untuk Pemula yang diadakan oleh Kelas Bersama dan Tika Widya, peserta diberikan challenge untuk menulis cerita pendek dengan ketentuan dari mentor. Dari challenge ini, terpilih 3 pemenang yang karyanya diterbitkan di blog Kelas Bersama.

Berikut karya salah satu pemenang, Rahma Diana, dengan judul cerita "Anggrek Hitam"

***

“Anggrek hitam itu sepertinya menemukan tuannya. Ia tumbuh dengan sangat baik padahal anggrek hitam termasuk tanaman yang sulit dibudidaya.” Kata Arya ketika mengunjungi rumah Labih pagi ini.

Labih menoleh ke arah suara. Tepat di pintu masuk taman, Arya seorang pemuda berusia 30 tahun yang tinggal tak jauh dari rumah Labih berdiri melihat ke ruangan budidaya anggrek hitam. Ia dua kali ini membeli kerajinan rotan di galeri Labih. Taman yang berada disamping galeri penuh anggrek hitam yang cantik. Ketika malam hari pada bulan Maret hingga Juni wanginya anggrek semerbak memenuhi ruangan.

“Mas Arya! Apa kabar?”

Arya tidak membalas pertanyaan Labih. Ia menanyakan hal lain. “Kamu tidak takut dengan mitos anggrek hitam?”

Labih tersenyum. “Biarkan mitos hanya menjadi mitos Mas.”

“Jadi kamu tidak percaya dengan mitos tersebut?”

“Aku sudah setahun ini memelihara anggrek hitam. Tak ada apapun yang terjadi.”

Arya tersenyum dan meninggalkan taman. “Sampai jumpa lagi.”

Sudah setahun ibu tidak mengunjungi Labih di Kalimantan. Sejak berusia 25 tahun Labih membuka galeri kerajinan rotan disana. Selama tiga tahun ini perkembangan usaha Labih berjalan lancar. Ibu tiba pukul enam sore. Pandangan matanya tertuju pada taman yang baru kali ini ia lihat. Ibu melangkahkan kaki menuju ke taman. Ibu sangat terkejut melihat banyak anggrek hitam di dalamnya.

Air mukanya seketika dipenuhi amarah dan kecemasan. Ia menyadari bahwa darah Dayak mengalir di tubuhnya sehingga anak bungsunya itu sangat menyukai kebudayaan Dayak. Tapi mengapa ia harus memelihara begitu banyak anggrek hitam. Ia mempercepat langkah kakinya menuju kamar Labih.

“Mengapa kamu memelihara anggrek hitam? Ada banyak bunga-bunga lain.” Tanya ibu penuh amarah.

“Aku menyukainya.” Jawab Labih singkat.

“Ibu merasa ada sesuatu yang aneh ketika kamu mendapatkan masalah berturut-turut. Rotan tiba-tiba membusuk. Pengrajin yang tidak mau lagi bekerja denganmu. Dua hari lalu kamu diare hingga harus di bawa ke rumah sakit. Semua kesialan itu karena kamu memelihara anggrek hitam.”

“Mitos anggrek hitam hanya mitos bu, sebuah kebetulan saja.”

“Ibu akan membuang semuanya.”

“Ibu! aku menghabiskan banyak uang untuk membeli dan merawat anggrek hitam.”

“Apa gunanya bisa memelihara anggrek hitam tapi selalu mendapatkan kesialan. Ibu akan membuangnya. Ibu tidak menanyakan pendapat kamu.”

“Baiklah. Aku akan membuangnya besok. Biarkan anggrek-anggrek itu disini malam ini.” Labih tahu bahwa tidak ada gunanya berdebat dengan ibunya. Ketika ibu berniat melakukan sesuatu tidak akan ada yang bisa menghalanginya.

Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak. Anggrek hitam di taman menghantui kepalanya dan seakan terus terlihat di hadapannya. Kegelisahan menyelimuti hatinya. Tak lama kemudian Ibu bangun dan beranjak keluar kamar untuk mengambil minum. Saat itu kamar Labih terbuka, ibu berjalan menuju ke kamar. Tidak ada orang. Saat ini pukul dua pagi. Apa yang dilakukan Labih sepagi ini. Ibu mencari ke sekeliling ruangan. Tidak ada siapapun. Bergegas ibu menuju ke taman. Kosong. Tangan ibu gemetar. Aroma anggrek hitam memenuhi seluruh ruangan. Ibu berlari menuju ke kamar mengambil handphone. Hembusan angin dan gesekan dedaunan terdengar menertawakan ketakutan ibu.

“Labih hilang. Aku sudah mencarinya kemana-mana.” Ibu berbicara dengan suara gemetar di telepon.

“Mungkin dia pergi ke suatu tempat.”

“Sekarang masih pukul 2.00 pagi. Lagi pula ia belum benar-benar pulih. Ia meninggalkan ponselnya di kamar.”

“Tenanglah. Tunggu beberapa saat. Ia pasti kembali.” Ayah mencoba menenangkan ibu.

Sudah dua hari Labih tidak kembali. Polisi kesulitan mencari. Tidak ada petunjuk sama sekali seakan ia tiba-tiba hilang ditelan bumi. Ibu semakin yakin bahwa anggrek hitamlah penyebab semua ini. Apalagi dipercaya anggrek hitam punya kekuatan magis. Bahkan bunga anggrek hitam yang tadinya ada di depan mata bisa menghilang.

Di tempat lain Labih mulai bangun. Ia tergeletak di tengah hutan. Gelap. Hanya ada bulan sabit jauh di langit sana dengan beberapa bintang. Suara binatang-binatang bersahutan dengan gemerisik dedaunan terdengar menakutkan.

Ia mencoba berdiri dan berjalan beberapa langkah. Kakinya gemetar. Ia takut. Lapar dan haus mulai terasa. Ia melihat ke sekeliling apakah ada sesuatu yang bisa ia makan. Setelah melangkah dua meter dari tempatnya terbangun, bau harum mulai tercium. Ia mencoba melangkah lagi. Ada banyak anggrek hitam bermekaran. Ada sisa minuman, roti dan beberapa buah tercecer tak jauh darinya. Ia mengambilnya. Air itu menyegarkan tenggorokannya yang kering. Sedikit roti itu menenangkan perutnya yang sejak tadi meronta.

Beberapa saat kemudian tenaganya mulai pulih. Ia melihat smart watch di tangannya. Baterai tinggal 5 %. Ia mengirim pesan suara. Ibu aku ada di hutan anggrek hitam. tolong aku!  Kemudian baterai habis.

Labih melihat anggrek hitam di hadapannya. Tiba-tiba tendengar suara orang berbisik. Ia memalingkan pandangan dari anggrek di hadapannya. Kakinya berjalan menjauh untuk mencari sumber suara. Tidak ada apapun yang ia temukan. Ia kembali menuju anggrek hitam yang tadi dilihatnya. Anggrek itu hilang. Rasa takut semakin menjalari tubuhnya.

“Ssst….st…..Ha…ha….haa..” Terdengar lagi suara orang berbisik diikuti suara tawa.

Labi berlari menjauh. Ia berhenti dengan nafas tersengal karena melihat seorang laki-laki mendekat.

Apa aku mulai berhalusinasi. Aku mulai melihat Mas Arya sekarang. Tanya Labih pada dirinya sendiri.

Arya tertawa dan menepuk lengan Labih, “Apa kabar?”

Sepertinya aku tidak berhalusinasi. Aku yakin benar bahwa Mas Arya menepuk lengan kananku.

“Mengapa kamu ada disini?” Tanya Labih

Arya tertawa penuh kemenangan. “Bagaimana rasanya menelusuri mitos anggrek hitam yang menjadi kenyataan?”

“Apa maksud kamu? Mitos menjadi kenyataan?”

“Aku mewujudkan keinginanmu untuk membuat mitos anggrek hitam menjadi kenyataan. Kamu menyukainya?”

“Menyukai apa? Aku tidak mengerti apa yang kamu maksud.” Suara Labih mulai meninggi.

“Rotan membusuk, UGD, Suara bisikan dan tertawa di tengah hutan, anggrek hitam yang tiba-tiba menghilang. Bukankah ini seperti sebuah film misteri dengan kamu sebagai pemain utamanya. Apa kamu senang?”

“Apa? Senang? Kamu hampir saja membunuhku.” Seru Labih dengan penuh amarah

“Kamu ingin membuktikan kebenaran mitos anggrek hitam. Maka, aku mewujudkannya untukmu.”

Labih merasa ada yang tidak beres dengan perilaku Arya. Labih yakin ia tidak pernah mengatakan ingin membuktikan kebenaran mitos anggrek hitam. Tiba-tiba ia teringat perkataan salah satu pengrajin yang bekerja untuknya. Ia bercerita bahwa Arya sering menanyakan Labih. Ia mengingatkan Labih agar tidak dekat-dekat dengan Arya karena Arya punya riwayat sakit kejiwaan dan tidak mau mengkonsumsi obatnya.

“Aku juga sering mengunjungi rumahmu. Aku membantumu banyak hal. Apa kamu lupa?” Kata Arya dengan nada marah.

“Tentu saja aku ingat. Aku senang berbincang dengan kamu karena kamu menyenangkan dan mengerti banyak hal.” Puji Labih.

Seketika itu Arya tertawa. Ia merasa bangga pada dirinya sendiri. Begitu Arya lengah. Labih lari. Beruntungnya ia bertemu tim SAR dan polisi. Labih memeluk ayahnya yang ikut dalam pencarian.

Arya berhasil ditangkap. Dari keterangan yang diperoleh Arya membawa Labih setelah membiusnya dan membawanya ke hutan. Badan Arya tinggi besar seperti bodyguard dalam film sehingga ia tidak kesulitan membawa tubuh Labih ke hutan.

Setelah diperiksa Arya dinyatakan menderita Skizofrenia dengan gangguan delusi akut. Ia pun dimasukkan ke rumah sakit jiwa.


Karya Rahma Diana
Sebagai penugasan di kelas webinar intensif Langkah Menulis Cerita Pendek untuk Pemula pada 25 Mei 2024.
Editor : Vanessa Natalie Aritonang