Bahasa Unik Gen Z Bahas Kecurangan Pemilu

Bahasa Unik Gen Z Bahas Kecurangan Pemilu
| sumber : pixabay.com

Kalian suka penasaran gak sih gimana cara gen z menyampaikan pandangannya soal pemilu kemaren? Let's check it out!

Coba perhatiin ilustrasi ini terus kalian inget-inget deh. Pernah gak kalian ngeluh kayak mbak A dan mbak B? Pasti pernah kan. Aku aja pernah kok, sering lagi, terutama kalo bahas sesuatu bareng temen, kalau sama orang yang lebih tua sebisa mungkin enggak, kecuali kalo emang udah deket banget ya. Apalagi ngeliat banyaknya kecurangan pemilu yang bikin gemes, ya gak? Nah ketimbang ngomong secara halus dan dalam bahasa formal, gen z itu lebih suka ngomong singkat, blak-blakan tapi nyelekit. Terlihat jelas kan disini kalo gen z memakai gaya bahasa campuran antara Bahasa Indonesia, dialek dan sub-dialek Jakarta yang cenderung kasar seperti kata 'aye', 'kek', 'sih', 'ae', 'ngajak' dan 'tuh' dalam kalimatnya. Ini gak cuma dilakukan oleh gen z yang berpendidikan tinggi saja, tapi juga dilakukan oleh semua gen z dari beragam tingkat pendidikan baik pria maupun wanita. Bahkan, banyak pula gen z yang tinggal daerah-daerah di luar Jakarta seperti Surabaya, Bandung dan Semarang pun 'ikut-ikutan' curhat dengan ragam bahasa ini disertai dengan kearifan lokalnya masing-masing. Sebut saja Evelyn Hutani, Steven Wongso dan Stanley Hao. Dengan begini, sebagian besar gen z merasa pesannya 'lebih nyampe' ke lawan bicara, gak ribet bin belibet dan kalo suatu saat nanti omongannya viral, bisa mengetuk hati petinggi pemerintahan untuk bergerak membenahi kecurangan pemilu ini khususnya mengenai isu hak angket.

Karya Maria Fillieta Salvateri K
Sebagai penugasan di kelas webinar intensif Mencari Angle dan Ide Artikel yang Menarik pada 25 Februari 2024.

| Editor : Vanessa Natalie Aritonang