Yutuk Rina Masuk Tiktok

Yutuk Rina Masuk Tiktok
| sumber : pexels.com

Pada webinar intensif Belajar Bikin Konflik Biar Ceritamu Jadi Seru yang diadakan oleh Kelas Bersama dan Tika Widya, peserta diberikan challenge untuk merancang konflik dalam cerita fiksi menggunakan template yang sudah diberikan dari mentor. Kemudian, peserta belajar menulis narasi sesuai dengan rancangan konflik yang telah dibuat. Dari challenge ini, terpilih 3 pemenang yang karyanya diterbitkan di blog Kelas Bersama.

Berikut karya salah satu pemenang, Hima, dengan judul cerita "Yutuk Rina Masuk Tiktok"

Rancangan konflik :

Nama Tokoh

Rina 

Tujuan

Ingin suatu hari nanti warungnya bisa  menjadi kafe kecil. Ia berharap dengan adanya kafe akan lebih banyak menarik wisatawan berdatangan. Sehingga perekonomian warga desanya akan berkembang. 


Ia juga ingin makanan khas daerahnya dikenal dan disukai orang-orang lewat Tiktok.

Tantangan

1. Konflik internal: 


Ia berharap bisa mewujudkan mimpi, mengubah warungnya menjadi kafe. Supaya terwujud, ia harus memiliki modal. Maka ia akan mencoba berjualan tahu goreng isi dengan isian yutuk. Ia ingin menjual yang unik sekaligus memajukan makanan khas daerahnya. 


Ragu apakah makanannya akan disukai orang. Ia takut akan kalah bersaing dengan makanan impor.

 


2. Konflik interpersonal:

Mendapat cibiran dari tetangga karena menjadi perempuan pekerja. Mereka mencari-cari kesalahannya dengan mengatakan ia perempuan yang sok sibuk sehingga belum juga hamil. 


3. Konflik eksternal:

Tidak bisa menggantungkan perekonomian hanya dari melaut, karena kondisi cuaca yang seringkali tidak terduga.


Persaingan menjual makanan khas daerah atau lokal dengan makanan impor, via Tiktok. 



Kemampuan

Pandai mengatur keuangan, selalu menemukan cara untuk mengembangkan usahanya. Mengajak warga menjual hasil kerajinan tangan dan menemukan ide menjual tahu goreng isi dengan isian yutuk.

Perubahan

Berkat dukungan suaminya, Rina bisa terus berjualan membantu ekonomi rumah tangganya bahkan ia juga aktif mengajak warga sekitarnya untuk turut memanfaatkan peluang, omongan miring tetangga tidak perlu ia hiraukan. 

Ia bahkan mempunyai ide brilian dengan menjual makanan khas daerahnya secara go public lewat Tiktok. Ia bisa terus maju asalkan meyakini kekuatannya sendiri meski banyak saingan makanan impor di Tiktok.

Konsekuensi

Rina harus bekerja keras dan rajin menabung agar impiannya membuka kafe segera terwujud. Ia juga harus yakin dan terus berinovasi menjual makanan khas daerahnya supaya tidak tersaingi dengan makanan impor, terutama dari Korea yang booming.

Narasi Konflik :

Rina menatap sedih, semalam angin badai menghempas warungnya sampai berantakan.

“Ingkang kantos nggih, Dek, (Yang sabar ya, Dek)” ujar Andi seraya mengusap-usap punggung istrinya.

“Nggih Mas, aku bersyukur Mas mboten melaut ndalu, (Iya mas, aku bersyukur mas tidak kelaut semalam)” jawab Rina sambil tersenyum haru.

Andi menghela napas, “Dek, tabungan kita, gimana kalau buat mbangun warungmu? Ditembok, ben awet (Biar tahan lama)!”

Rina menunduk sambil memainkan kakinya di pasir, “Katanya buat persiapan kalau nanti aku hamil, Mas?” suaranya sendu.

“Yang diperlukan dulu aja, Dek. Kalau Gusti sudah kasih, rejekinya anak ada lagi.” Rina mengaminkan di dalam hati, ia bersyukur suaminya sangat pengertian.

Mereka beriringan meninggalkan pantai. Baru dua tahun mereka menikah, wajar belum punya momongan. Namun, ada saja tetangga yang dengki. Ia tidak menyukai Rina karena berhasil memiliki pekerjaan sampingan. Katanya, istri seharusnya di rumah saja. Kelelahan bekerja di luar, akan susah hamil. Biar para suami yang bekerja melaut.

Padahal kehidupan sebagai nelayan jelas tergantung cuaca. Tak bisa diandalkan. Rina tak mau berpangku tangan, lagi pula Andi mengizinkan.  Ia aktif mengajak ibu-ibu memanfaatkan peluang supaya dapur tetap mengepul. Seperti mengolah kerang menjadi aneka suvenir, atau bekas jala ikan dijadikan tas. Semuanya bisa dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke Pantai Parangtritis. Rina banyak follower-nya, meski ada juga yang enggan dan justru iri.

Rina juga membuka warung sederhana di pinggir pantai. Berjualan gorengan, minuman teh serta kopi. Warungnya ternyata laris manis, penikmatnya tak hanya nelayan sekitar namun juga wisatawan. Apa yang lebih romantis bagi wisatawan selain menikmati indahnya senja di Parangtritis dengan sepotong gorengan dan secangkir kopi hangat?

Rina berandai-andai, ia ingin warungnya bisa diperbesar menjadi kafe kecil. Kafe akan menarik lebih banyak wisatawan yang berdatangan, perekonomian di desanya juga bisa membaik. Ia harus mengumpulkan lebih banyak modal. Ah, tiba-tiba matanya berbinar-binar.

“Dor!” Andi membuyarkan lamunannya.

“Mas, ih! Iseng sanget! (Iseng banget)” Rina membalas dengan memukul lengannya.

“Sore-sore ngelamun, Dek? Mesem-mesem sendiri. Mangke dipatuk ayam tangga! (Nanti dipatuk ayam tetangga!)” kelakar Andi.

“Lha, ayamnya tak goreng duluan!” seloroh Rina, tawa mereka pun berderai. Andi mendekat seraya merangkul pundak istrinya, “Dek, mulai besok aku sama Lik Karso mulai mbangun warungmu, mumpung nggak melaut.”

“Saestu, Mas? (Sungguhan, Mas?)” Rina menoleh menatap lekat suaminya.

“Nggih diajeng, saestu (Iya dek, sungguh!). Semoga bakal jadi kafe ya, Dek,” jawab Andi, matanya bersinar hangat.

“Amiiin… Matur nuwun, Mas, (Terima kasih Mas)” Rina berhambur memeluk suaminya.

“Mas, aku punya ide! Aku mau tambahi yutuk (undur-undur laut) di dalam tahu goreng isi!” mata Rani membulat menerangkan idenya dengan semangat.

“Wah, eca puniku (Wah, enak itu)! Biar orang-orang tau yutuk gimana, Dek?” tanya Andi antusias.

“Ya pakai Tiktok! Aku promosiin, ini lho enaknya makanan pesisir, gituuu! Eh, tapi Mas, bakal laku nggak, ya? Wong di Tiktok kebanyakan makanan luar negeri. Kayak tteokbokki, samyang…” matanya berubah meredup.

Andi berbalik menatap lekat istrinya, “Kok, belum maju udah mundur?”

“Ragu aku, Mas,” jawabnya bimbang.

Ditariknya tangan Rina seperti mengajak menari, “Ayo, Dek! Maju dulu, pantang munduuur!” Rina menyambut tangan Andi sambil tertawa.

Karya Hima
Sebagai penugasan di kelas webinar intensif Belajar Bikin Konflik Biar Ceritamu Jadi Seru pada 22 Juni 2024.
Editor : Vanessa Natalie Aritonang