Yutuk Rina Masuk Tiktok
Pada webinar intensif Belajar Bikin Konflik Biar Ceritamu Jadi Seru yang diadakan oleh Kelas Bersama dan Tika Widya, peserta diberikan challenge untuk merancang konflik dalam cerita fiksi menggunakan template yang sudah diberikan dari mentor. Kemudian, peserta belajar menulis narasi sesuai dengan rancangan konflik yang telah dibuat. Dari challenge ini, terpilih 3 pemenang yang karyanya diterbitkan di blog Kelas Bersama.
Berikut karya salah satu pemenang, Hima, dengan judul cerita "Yutuk Rina Masuk Tiktok"
Rancangan konflik :
Narasi Konflik :
Rina menatap sedih, semalam angin badai menghempas warungnya sampai berantakan.
“Ingkang kantos nggih, Dek, (Yang sabar ya, Dek)” ujar Andi seraya mengusap-usap punggung istrinya.
“Nggih Mas, aku bersyukur Mas mboten melaut ndalu, (Iya mas, aku bersyukur mas tidak kelaut semalam)” jawab Rina sambil tersenyum haru.
Andi menghela napas, “Dek, tabungan kita, gimana kalau buat mbangun warungmu? Ditembok, ben awet (Biar tahan lama)!”
Rina menunduk sambil memainkan kakinya di pasir, “Katanya buat persiapan kalau nanti aku hamil, Mas?” suaranya sendu.
“Yang diperlukan dulu aja, Dek. Kalau Gusti sudah kasih, rejekinya anak ada lagi.” Rina mengaminkan di dalam hati, ia bersyukur suaminya sangat pengertian.
Mereka beriringan meninggalkan pantai. Baru dua tahun mereka menikah, wajar belum punya momongan. Namun, ada saja tetangga yang dengki. Ia tidak menyukai Rina karena berhasil memiliki pekerjaan sampingan. Katanya, istri seharusnya di rumah saja. Kelelahan bekerja di luar, akan susah hamil. Biar para suami yang bekerja melaut.
Padahal kehidupan sebagai nelayan jelas tergantung cuaca. Tak bisa diandalkan. Rina tak mau berpangku tangan, lagi pula Andi mengizinkan. Ia aktif mengajak ibu-ibu memanfaatkan peluang supaya dapur tetap mengepul. Seperti mengolah kerang menjadi aneka suvenir, atau bekas jala ikan dijadikan tas. Semuanya bisa dijual kepada wisatawan yang berkunjung ke Pantai Parangtritis. Rina banyak follower-nya, meski ada juga yang enggan dan justru iri.
Rina juga membuka warung sederhana di pinggir pantai. Berjualan gorengan, minuman teh serta kopi. Warungnya ternyata laris manis, penikmatnya tak hanya nelayan sekitar namun juga wisatawan. Apa yang lebih romantis bagi wisatawan selain menikmati indahnya senja di Parangtritis dengan sepotong gorengan dan secangkir kopi hangat?
Rina berandai-andai, ia ingin warungnya bisa diperbesar menjadi kafe kecil. Kafe akan menarik lebih banyak wisatawan yang berdatangan, perekonomian di desanya juga bisa membaik. Ia harus mengumpulkan lebih banyak modal. Ah, tiba-tiba matanya berbinar-binar.
“Dor!” Andi membuyarkan lamunannya.
“Mas, ih! Iseng sanget! (Iseng banget)” Rina membalas dengan memukul lengannya.
“Sore-sore ngelamun, Dek? Mesem-mesem sendiri. Mangke dipatuk ayam tangga! (Nanti dipatuk ayam tetangga!)” kelakar Andi.
“Lha, ayamnya tak goreng duluan!” seloroh Rina, tawa mereka pun berderai. Andi mendekat seraya merangkul pundak istrinya, “Dek, mulai besok aku sama Lik Karso mulai mbangun warungmu, mumpung nggak melaut.”
“Saestu, Mas? (Sungguhan, Mas?)” Rina menoleh menatap lekat suaminya.
“Nggih diajeng, saestu (Iya dek, sungguh!). Semoga bakal jadi kafe ya, Dek,” jawab Andi, matanya bersinar hangat.
“Amiiin… Matur nuwun, Mas, (Terima kasih Mas)” Rina berhambur memeluk suaminya.
“Mas, aku punya ide! Aku mau tambahi yutuk (undur-undur laut) di dalam tahu goreng isi!” mata Rani membulat menerangkan idenya dengan semangat.
“Wah, eca puniku (Wah, enak itu)! Biar orang-orang tau yutuk gimana, Dek?” tanya Andi antusias.
“Ya pakai Tiktok! Aku promosiin, ini lho enaknya makanan pesisir, gituuu! Eh, tapi Mas, bakal laku nggak, ya? Wong di Tiktok kebanyakan makanan luar negeri. Kayak tteokbokki, samyang…” matanya berubah meredup.
Andi berbalik menatap lekat istrinya, “Kok, belum maju udah mundur?”
“Ragu aku, Mas,” jawabnya bimbang.
Ditariknya tangan Rina seperti mengajak menari, “Ayo, Dek! Maju dulu, pantang munduuur!” Rina menyambut tangan Andi sambil tertawa.
Karya Hima
Sebagai penugasan di kelas webinar intensif Belajar Bikin Konflik Biar Ceritamu Jadi Seru pada 22 Juni 2024.
Editor : Vanessa Natalie Aritonang